Seorang sahabat menatap mata saya dan berkata, “Jangan sia-siakan penderitaanmu.” Pikiran saya langsung kembali ke beberapa tahun silam ketika saya memimpin ibadah untuk mengenang anak laki-laki beliau yang masih muda dan meninggal dalam kecelakaan mobil. Wanita itu mengerti apa yang ia katakan, karena ia pernah menderita. Namun, ia juga mengerti bahwa Allah dapat memakai kepedihannya itu untuk memuliakan-Nya dan membantu orang lain—sesuatu yang ia lakukan dengan sangat baik. Ketika mendengar kata-katanya, saya terhibur dan dikuatkan untuk menghadapi diagnosis kanker yang serius. Saya diingatkan bahwa Allah mendengar seruan dan keluhan saya. Dia juga selalu menyertai dalam penderitaan saya, bahkan sanggup memakai pengalaman saya untuk menolong orang lain dengan cara yang baru.
Sudah lebih dari satu jam Brian berada di dalam ruang praktik dokter spesialis jantung. Temannya menunggu dengan setia di ruang tunggu, sambil berdoa untuk kesembuhan dan hikmat bagi sahabatnya yang sakit. Sewaktu Brian akhirnya kembali ke ruang tunggu, ia menunjukkan setumpuk kertas yang diterimanya. Sambil menjejerkan semua rekam medisnya di atas meja, ia mendiskusikan sejumlah pilihan yang diberikan oleh dokter untuk mengobati kondisinya yang kritis. Keduanya sepakat untuk berdoa bersama dan meminta hikmat Allah untuk menentukan langkah selanjutnya. Kemudian Brian berkata, “Apa pun yang akan terjadi, aku ada dalam tangan Allah.”
Seorang sopir bus sekolah jatuh pingsan saat mengemudi, dan kendaraan besar berisi 60 siswa yang dikemudikannya pun melaju di luar kendali. Salah seorang murid kelas tujuh bernama Dillon Reeves bangkit dari kursinya, bergegas ke bagian depan bus, dan perlahan-lahan menginjak rem tepat pada waktunya. Saat sebagian besar siswa sibuk mengetik pesan atau bermain dengan ponsel mereka, Dillon—yang tidak mempunyai ponsel—tersadar lalu bertindak. Ia tahu bagaimana cara menginjak rem dengan perlahan karena melihat sopir itu sering melakukannya. Perhatian Dillon yang terus terjaga dan tidak teralihkan telah menolongnya dalam menyelamatkan nyawa semua penumpang bus, termasuk sang sopir yang akhirnya siuman.
Nuñez terjatuh dari gunung dan meluncur ke dalam suatu lembah yang semua penduduknya buta. Sebuah penyakit telah merenggut penglihatan para pemukim asli, dan generasi-generasi berikutnya—semua terlahir buta—telah beradaptasi dengan menjalani kehidupan tanpa penglihatan. Nuñez mencoba menjelaskan seperti apa rasanya memiliki penglihatan, tetapi mereka tidak tertarik. Akhirnya, ia menemukan celah di antara puncak-puncak gunung yang selama ini menghambatnya keluar dari lembah itu. Ia berhasil bebas! Namun, dari posisinya sekarang, ia melihat adanya tanah longsor yang akan mengubur orang-orang buta yang menghuni lembah di bawah sana. Ia mencoba memperingatkan mereka, tetapi mereka mengabaikannya.
Apa yang harus dilakukan? Scott dan Bree bergumul bagaimana berelasi dengan teman dan keluarga yang memilih gaya hidup yang bertentangan dengan firman Tuhan. Setelah mempelajari Alkitab dan berdoa, terpikirlah suatu langkah maju: Pertama, mereka bertekad untuk semakin mengasihi teman-teman dan keluarga mereka; kedua, mereka akan mengungkapkan kepada orang-orang tersebut apa yang benar dan baik berdasarkan rancangan Allah yang baik; dan ketiga, mereka akan menyampaikan bagaimana mereka akan berinteraksi dalam kasih menurut hikmat Kitab Suci. Saat Scott dan Bree menunjukkan kasih Kristus, seiring waktu, mulai terbangunlah kepercayaan yang semakin besar dalam hubungan dengan orang-orang yang mereka kasihi itu.
Kenny berdiri di hadapan jemaat yang bertahun-tahun sebelumnya pernah ia tinggalkan saat imannya sempat undur. Kini ia bercerita bahwa imannya telah dipulihkan. Bagaimana caranya? Allah sudah menyentuh hati Kenny lewat keindahan dan rancangan yang disaksikannya dalam alam. Kenny kembali diliputi rasa takjub kepada Allah karena menyaksikan wahyu umum-Nya melalui alam, dan sekarang ia menerima hikmat yang diwahyukan secara khusus dalam Alkitab. Setelah menceritakan kesaksiannya, Kenny pun memberi diri dibaptis di depan seluruh jemaat. Dengan mata penuh air mata bahagia, ayah Kenny membaptis putranya berdasarkan imannya kepada Tuhan Yesus.
“Saya harus mengumumkan situasi genting. Pilot saya meninggal dunia.” Dengan gugup, Doug White mengucapkan kata-kata itu kepada menara kendali yang memantau penerbangannya. Beberapa menit setelah lepas landas, pilot pesawat pribadi yang disewa keluarga Doug mendadak meninggal dunia. Doug pun masuk ke kokpit hanya dengan berbekal pelatihan tiga bulan dalam menerbangkan pesawat yang tidak begitu canggih. Lalu, dengan saksama Doug mendengarkan petugas kontrol dari bandara setempat yang membimbingnya dalam upaya mendaratkan pesawat. Setelahnya, Doug berkata, “[Mereka] telah menyelamatkan keluarga saya dari kematian yang nyaris tak terelakkan.”
Seorang pelaut Australia bernama Timothy bertahan hidup selama tiga bulan dengan hanya mengandalkan ikan mentah dan air hujan, setelah kapal katamarannya rusak oleh badai dan terombang-ambing di Samudera Pasifik, hampir 2.000 km dari daratan. Meski sempat putus asa, ia akhirnya diselamatkan oleh awak kapal penangkap tuna dari Meksiko. Dengan tubuh yang sudah sangat kurus dan terpapar cuaca, Timothy menyampaikan rasa terima kasihnya yang mendalam kepada kapten dan perusahaan perikanan yang telah menyelamatkannya.
Di balik tanah yang telah digarapnya, Lee Wilson menyembunyikan sebuah kejutan. Menandai perayaan ulang tahun pernikahan ke-50 mereka, ia mengalokasikan 80 hektar lahan untuk menciptakan kado yang luar biasa bagi istrinya, Renee. Dengan rahasia, ia menanam benih bunga matahari dalam jumlah besar. Tanaman itu berkembang menjadi lautan 1,2 juta bunga matahari berwarna keemasan, yang merupakan favorit Renee. Saat bunga-bunga itu bermekaran, Renee pun terpesona dan tersentuh oleh persembahan cinta yang luar biasa dari Lee.